Zimbabwe yang selama ini dikenal sebagai produsen tembakau terbesar di Afrika mulai mengalihkan fokus pada komoditas baru: blueberry Zimbabwe. Langkah ini mendapat dorongan besar setelah tercapai kesepakatan dagang dengan China, negara pengimpor buah blueberry terbesar di dunia.
Kesepakatan tersebut membuka peluang besar bagi Zimbabwe untuk memperluas pasar ekspornya. Jika sebelumnya negara ini mengandalkan ekspor tembakau senilai 1,3 miliar dolar AS pada tahun lalu, kini para petani optimistis bahwa ekspor buah ke China akan membawa keuntungan jangka panjang.
Dari Tembakau ke Superfood
Meski ekspor blueberry tahun lalu baru menghasilkan sekitar 30 juta dolar AS, banyak pihak melihat prospek yang cerah. Clarence Mwale, seorang pakar hortikultura, menyebut bahwa masa depan terletak pada pangan sehat, bukan produk yang menimbulkan kebiasaan buruk seperti tembakau.
Petani seperti Alistair Campbell, mantan kapten tim kriket Zimbabwe yang kini mengelola lahan 50 hektare, menilai peluang ini harus segera dimanfaatkan. “Kita harus bergerak cepat sebelum pesaing lain masuk,” ujarnya. Campbell sudah mengekspor buah ke Eropa, Timur Tengah, dan Asia Tenggara, dan kini menunggu izin penuh untuk mengirimkan blueberry ke pasar China.
Persaingan Ketat dengan Peru dan Afrika Selatan
Zimbabwe berharap bisa menyaingi negara besar seperti Peru, yang dalam satu dekade terakhir melonjak menjadi eksportir utama blueberry dunia. Tahun ini, produksi Zimbabwe diperkirakan naik 50% menjadi 12.000 ton, masih di bawah Maroko (80.000 ton) dan Afrika Selatan (25.000 ton). Namun, dengan akses bebas tarif ke China, Zimbabwe berpotensi lebih unggul.
China sendiri belum membuka keran impor untuk blueberry dari Afrika Selatan. Kondisi ini membuat petani Zimbabwe semakin optimistis bisa menjadi yang pertama menembus pasar tersebut.
Tantangan dan Harapan
Meski peluang terbuka lebar, sejumlah tantangan masih menghantui. Masalah kepastian kepemilikan lahan pascareformasi agraria membuat investor berhati-hati. Selain itu, kebijakan bank sentral yang mewajibkan eksportir menyerahkan sebagian besar pendapatan devisa juga memicu kekhawatiran.
Meski demikian, industri blueberry telah menciptakan lapangan kerja penting. Sekitar 6.000 orang, mayoritas perempuan, kini bekerja di sektor ini. “Buah yang lembut membutuhkan tangan yang lembut pula,” ujar Rebecca Bonzo, seorang supervisor kebun di Harare.
Mwale menambahkan, pembukaan pasar baru di China memberi kesempatan lebih luas bagi petani kecil dan generasi muda untuk terjun dalam usaha ini. Targetnya, produksi nasional bisa mencapai 30.000 ton pada tahun 2030.
Masih banyak artikel menarik lainnya yang bisa Anda baca. Temukan pilihan topik terbaik kami di roledu.com/artikel.






