Borobudur, Magelang – Keramaian menyelimuti kawasan Gasblock PGN Karangrejo pada 10–11 Mei 2025, saat Festival Suadesa kembali digelar sebagai bagian dari program corporate social responsibility (CSR) “Desa Energi Berdikari” oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
Salah satu yang mencuri perhatian dalam festival ini adalah kuliner khas desa Karangrejo, yaitu keripik Jet Kolet. Camilan unik ini berbahan dasar gethuk, makanan tradisional yang dikenal masyarakat Jawa. Nama “Jet Kolet” sendiri berasal dari istilah Jawa yang menggambarkan tekstur gethuk yang jika “dipejet” terasa “ngulet” atau melar.
Produk UMKM ini bukan sekadar kudapan, tetapi juga lambang keberdayaan warga lokal. Mukiban, pelaku UMKM asal Dusun Kretek II, telah menekuni usaha ini selama lebih dari 15 tahun. “Awalnya kami hanya bisa produksi 10 kg per hari, semuanya dikerjakan secara manual. Sekarang, dengan adanya festival dan wisatawan yang datang, permintaan terus meningkat,” ujar Mukiban.
Pengunjung festival bisa langsung mencicipi keripik Jet Kolet atau membelinya sebagai oleh-oleh khas Magelang. Bahkan dalam paket wisata VW Safari, wisatawan bisa menyaksikan proses pembuatannya secara langsung—sebuah pengalaman otentik yang memperkuat daya tarik wisata kuliner desa ini.
Subheading: Festival Suadesa dan Dampaknya bagi Ekonomi Lokal
Festival Suadesa tahun ini digelar sebagai bagian dari perayaan HUT ke-60 PGN. Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkenalkan potensi lokal desa binaan seperti Karangrejo dan Wringin Putih. Tidak hanya sebagai panggung hiburan, festival ini juga menghadirkan Pasar Suadesa yang mempertemukan 40 UMKM lokal dari sektor kuliner hingga kerajinan tangan seperti batik, anyaman, kerajinan kayu, aksesoris Borobudur, hingga produk jamu dan angkringan.
PGN, sebagai Subholding Gas Pertamina, memanfaatkan acara ini untuk memperkenalkan penggunaan energi ramah lingkungan. Tenant kuliner dalam festival ini menggunakan gas berbentuk silinder CNG (Gaslink C-Cyl), mendukung praktik usaha yang efisien dan berkelanjutan.
Tidak berhenti di situ, PGN juga menghadirkan konsep ramah lingkungan melalui pengurangan plastik. Pasar Suadesa tidak menyediakan kantong plastik dan mendorong pengunjung membawa tas belanja sendiri dari bahan non-plastik.
Menurut Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan PGN, “Festival seperti ini menjadi pesta rakyat yang membuka peluang ekonomi baru, memberdayakan masyarakat lokal, serta mempererat hubungan antara PGN dan komunitas budaya di sekitar.”
Energi Bersih dan Ekosistem Hijau di Karangrejo
Balai Ekonomi Desa (Balkondes) PGN Karangrejo serta pembangunan Gasblock menjadi bukti nyata pengembangan ekosistem energi bersih berbasis masyarakat. Solar panel dan gas bumi digunakan untuk mendukung aktivitas perhotelan, dapur UMKM, hingga kebutuhan listrik warga setempat.
Keberadaan Balkondes juga mendukung kemandirian ekonomi lokal dan memperluas akses pasar bagi pelaku UMKM seperti Mukiban. “Setiap festival, kami harus siapkan stok lebih banyak. Semoga keripik Jet Kolet bisa makin dikenal dan menjadi ikon kuliner Magelang,” harapnya.
Panggung seni yang menampilkan komunitas seperti Shaggydog, Irta Amalia, dan Om Janema pun ikut menambah semarak acara. Kolaborasi seni, budaya, kuliner, dan energi ramah lingkungan menjadikan Festival Suadesa 2025 sebagai contoh integrasi program CSR yang berdampak nyata.
Baca artikel lainnya di sini:
roledu.com/artikel – Temukan lebih banyak inspirasi UMKM, strategi digital marketing, dan kisah sukses dari desa-desa mandiri di Indonesi
Sumber : liputan6.com






